SUARA DI RUMAH ITU?? PENGHUNI YANG SELALU BERKESIBUKAN DI TENGAH MALAM HINGGA DINI HARI.

pict km.3.

Malam itu, usiaku sekitar 9thn. Aku dan nenekku tidur dirumah belakang yang menghadap keselatan.

my granny ❤


Sebelah rumah kakekku yang menghadap jalan km.3 ini, sebenarnya bersebelahan dengan rumah tetangga yg menghadap jalan ke km.3 juga. Dan sebelahnya persis adalah kantor kepala desa.
Rumah ini berdempetan dengan rumah kakekku dan setengah memanjang berdempet dengan rumah belakang yang menghadap keselatan.

Rumah belakang dulunya kosong selama 1 thn, karna pamanku merantau dan istri anaknya lebih sering dirumah ibunya diseberang desa lain.
Selama rumah kosong ,nenekku tidur disini. Kakekku dirumah depan.

Gambaran rumah ini, memanjang ,ruang tamu yang luas, ada kamar 1, depan kamar ada meja ruang makan memanjang, sebelah kamar ada seperti dipan bersemen full persegi dengan tinggi -+ 15cm - 20cm, panjang lebar 3m. Tanpa pintu (dibiarkan terbuka) karna fungsi tempat itu sebagai tempat solat (musholla). Kemudian kebelakang ada pawon (dapur) dan kamar mandi berpompa air tangan.

ilustrasi dipan semen untuk ruang musholla. cc : google.

Kamar dan Musholla ini berdempetan dengan pawon rumah sebelah. Hanya dipisahkan oleh tembok. Pawon tetangga cukup luas. Ukurannya dari kamar 1 sampai ke kamar mandi. Dari kamar mandi sini dan pawon hanya dipisahkan seperti papan seng dan terpal.
Otomatis ada suara apapun dipawon sebelah ,aku dan nenekku akan jelas mendengarnya.

Saat itu rumah sebelah sering kosong. Kala itu pewaris rumah sebelah adalah anak laki-laki muda kakak beradik, masih bujang - bujang. Jadi harap maklum yang namanya bujang pasti akan sibuk dengan kegiatannya sendiri, entah menginap ditempat temannya .

Nenek dan kakekku selalu bangun subuh untuk solat dimasjid ,tidak pernah absen. Keseharian solatnya beliau berdua juga lebih sering solat berjamaah dimasjid, jarang sekali solat dirumah.
Jarak rumah dan masjid sekitar 50m diseberang jalan km.3.

Mendengar suara-suara dirumah sebelah.

Mitos dan isu rumah sebelah ini ada selentingan kabar horor, sering terdengar suara-suara yang berisik walupun rumah dalam keadaan kosong. Aku sering mendengar cerita ini dari orang-orang yang katanya pernah mendengar sendiri.

Gambaran rumah sebelah kakekku menghadap jalan km.3 : Rumah ini memiliki halaman yang didepan kirinya ada pohon rambutan berdempetan dengan genteng rumahnya.
Sebelah kiri rumah ini kantor kepala desa.
Sebelah kanan depan ada pohon jambu biji yang dirambati tanaman cipir.
Memiliki teras tanah sebelum pintu rumah.
Masuk kedalam, ada ruang tamu cukup luas, disebelah kanan terdapat 2 kamar memanjang kebelakang sampai dengan perbatasan pawon rumah belakang kakekku. Disebelah kiri ada ruangan berlincak bambu (dipan.net) untuk ruang solat dan menaruh keranjang cucian bersih. Didepan kamar belakang ada ruang makan kecil dan lemari menaruh alat-alat makan. Ruangan ini bersebelahan juga dengan ruang solat. Menuju belakang ada kamar mandi bersumur kerek (timba ember), dan pawon yang lumayan luas dengan lincak bambu lebarnya.

ilustrasi luas pawon rumah sebelah dan perkakasnya. cc : google.


fotoku diusia 8thn didepan rumah sebelah. Spot foto diambil dekat pohon jambu dengan rambatan tanaman cipir.

Suatu malam, saat aku tidur di ruang musholla, sebagian dipan semen ini ditaruh kasur kapas dan sebagian bertikar untuk area solat.(nenekku tidak mau tidur dikamar ,bahkan masuk kedalam kamar itupun tak pernah, karna kamar itu kamar pamanku, jadi kami tidur di musholla sebelah kamar).

Pada dini hari jam 2 pagi, setelah nenekku bangun mengambil air wudhu dikamar mandi dan melakukan solat tahajud, tiba-tiba pawon sebelah bersuara.
Kletek-kletek (suara telenan ditata di dipan bambu ).
Kruncang-kruncing (suara seseorang mengambil pisau diantara tempat sendok, dengan sengaja mengaduk-aduk sendok supaya berisik).
Tek-tek tek-tek (suara pisau mengiris diatas telenan).

Saat suara-suara ini berisik, aku sudah terbangun dan langsung melotot kaget deg-degan.
Nenekku masih kondisi santuy rukuk dan sujud tahajud. Kemudian suara berlanjut...
Klotek-klotek  (suara munthu mengulek dicobek).
Sreng-sreng  (suara sotel mengongseng diwajan).
Kompryang-kompryang  dan suara orang menyiduk air seperti suara orang mencuci piring dibarengi suara piring-piring dan gelas saling berbenturan.

Mataku tetap melotot dan deg-degan ,juga was-was mendengarkan. Nenekku saat itu posisinya sudah dalam kondisi tahiyat akhir. Lalu nenekku berdoa sebentar lalu memanggil seperti ini...
''agus, gus, agus,...yun, yuni, yuni....sopo yoooo, ono acara opo kok jam yah mene masak-masak nang pawon'.
''Yun, gus...kok meneng wae to ditakoni diceluki...''
''bali jam piro ,kok ra weruh le bali wes tekan pawon wae...yun ,gus ...sopo yooo''

terjemahan : (''agus, gus, agus,...yun, yuni, yuni....siapa yaaa, ada acara apa kok jam segini masak-masak didapur''
''Yun, gus...kok diem aja sih ditanyain, dipanggilin...''
''pulang jam berapa, kok gak liat pulangnya ,tiba-tiba dah sampe dapur aja...yun ,gus siapa yaaa''

Keterangan : nama yang dipanggil tersebut adalah nama para bujang yang tinggal dirumah sebelah.

Namun saat nenekku memanggil dan ngajak bicara, tak ada sahutan apapun dari dapur sebelah. Yang kami dapati suara didapur sebelah malah semakin berisik sahut-sahutan tak berhenti.

''astaghfirulloh........'' kata nenekku.

Nenekku pun beranjak untuk solat tahajud yang kedua. (biasanya nenekku kalo tahajud 4 rakaat baru wiridan).

Suara-suara itu terus berisik sampai adzan subuh berkumandang. Serius!!! Dari jam 2 pagi baru berhenti di jam 4 lebih...
Berhentinya pun satu-persatu dan kemudian senyap menghilang. Nenekku yang masih wirid dan dzikir sambil selonjoran bersender di dinding pun bangun bersiap-siap kemasjid.

Aku??? ...tanpa disuruh juga aku bangun hehehe , ikut kemasjid. Soalnya dari dengar suara itu ,mataku tak ingin terpejam. Aku takut. Aku takut mendengar suara-suara tanpa wujud.

Hingga siang hari, 2 bujang itu pulang. Nenekku yang melihatnya sambil mengupas singkong, langsung bertanya dengan salah satunya...

'👵'omah kosong yo mau bengi. Ra ono uwong to nang njeroo??
''👨mboten mbah ,ndalu kulo teng kancane nginep, pripun to mbah?''
''👵ooo tak kiro ono uwong, yo rapopo. Dituroni nek bengi ,mesakke omahe kosong''.
''👨nggeh mbah''

terjemahan : '👵'rumah kosong ya semalam?? gak ada orang ya didalam''
'👨'gak ada mbah, semalam tidur rumah teman, kenapa mbah?''
'👵'ooo kirain ada orang, ya gak papa. Tidur dirumah kalo malam, kasihan rumahnya kosong''.
''👨'iyaaa mbah''

Hehehe, berarti itu bukan cerita bohong tapi nyata.

Hal ini aku alami juga ketika remaja, menemani cucu-cucu (kakak beradik) dari rumah sebelah dimalam hari. (cucunya ini seperti kami satu saudara, teman kecil, seperti saudara sepupu karna kami hampir seumuran).
Jika malam tengah larut... Aktifitas suara-suara dari dapur mulai berisik. Sama seperti kejadian waktu aku kecil, tapi ini lebih ekstrim.

Ditempat lincak solat kamar sebelah ada keranjang cucian ,dan keranjang itu dibanting dilincak itu berulang kali. Lincak itu terbuat dari bambu.
Setelah berhenti, lincak itu akan berbunyi kriet-kriet  (seperti orang yang duduk bangun - duduk bangun ).

ilustrasi lincak bambu , pada ruang solat lincak tersebut memiliki ketinggian 50cm. cc : google

Ada suara juga dari meja makan. Suara tudung saji yang dibuka tutup terus menerus. Magicjar yang berputar-putar. Batu-batu kecil yang dilempar-lempar. Dan semua ini, aku mendengar juga melihat bersama dengan cucu pemilik rumah.

Tentu selama aktifitas suara itu kami tak bisa tidur. Begadang sampai pagi.
Tapi entahlah ,karna sudah terlalu sering mendengarnya , kami jadi terbiasa dan bodo amat.
Mungkin ''penghuni'' rumah itu ''kurang kasih sayang, kurang dianggap, gak punya teman'' karna rumah itu sering kosong. Sehingga ''mereka'' akan sengaja menunjukkan eksistensinya agar rumah itu tidak ternampak sepi.

Saat ini keadaan rumah tersebut, ya selayaknya rumah pada umumnya. Sudah dihuni oleh sang pemilik rumah. Dan untuk suara-suara itu...,aku sudah tidak terlalu ngeh dengan ceritanya lagi, apakah masih terdengar atau tidak. Area pembangunan di lingkungan ini juga sudah berbeda jauh perubahannya.

ilustrasi suasana pedesaan jaman dulu. cc : google

Dan begitulah, terkadang penghuni dari alam lain itu memang ada, mereka bahkan bisa satu atap dengan kita.
Aku pribadi tak akan menganggap penghuni lain sebagai sesuatu yang wooowww apalagi sampai melemahkan mental untuk mengalah .
Prinsipnya ya sama-sama saja sih, jangan mengganggu apalagi kalo ''penghuninya'' berani bertindak ekstrim mengganggu mencelakai tuan rumah seperti kejadian di rumah bogor.

Rumah kita ya milik kita,  memedi, demit, setan, jin pasti ada dimana-mana. Maka jadikan rumahmu sebagai  homie (rumah yang nyaman🙂). 

Rumahku sendiri juga banyak demitnya. Demitnya lebih ekstrim 😅.
Next cerita selanjutnya.....






Komentar

Postingan populer dari blog ini

KAMAR MANDI UMUM DIUJUNG KOS DAN PENJAGA KOS DEPAN POM BENSIN

KISAH NYATA : BERMAIN TANAH DENGAN 2 TEMANKU DIRUMAH DINAS YANG KOSONG.